Tania Andria dan Hompipah: Menghidupkan Kembali Serunya Bermain Tanpa Layar

INFO OPPORTUNITY.ID-Di tengah gempuran gim digital dan konten serba daring, muncul sosok kreator muda yang memilih jalur berbeda. Ia adalah Tania Andria, desainer asal Jakarta yang menghadirkan permainan papan bernama Hompipah — sebuah inovasi sederhana namun sarat makna, yang mengajak pemainnya bernostalgia pada masa kecil era 1980-an.
Berawal dari tugas akhir kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual BINUS University, Hompipah kini berkembang menjadi proyek kreatif yang menjanjikan. “Awalnya cuma buat tugas akhir, tapi setelah aku unggah ke TikTok, responsnya luar biasa. Banyak yang tertarik dan minta dijual, jadi aku putuskan lanjut serius,” ujar Tania.
Permainan Tradisional dalam Kemasan Modern
Hompipah mengusung konsep board game bertema tradisional Indonesia, dengan mekanisme permainan yang terinspirasi dari ular tangga dan monopoli. Bedanya, permainan ini dikemas dengan sentuhan lokal yang kental dan unsur interaktif yang mengajak pemain untuk bergerak dan tertawa bersama.
Para pemain berlomba mencapai petak ke-100 sambil menjalankan berbagai tantangan dari kartu “Tahu” dan “Tempe” — dua elemen khas yang menghadirkan misi seru seperti bermain suit, berpindah pion, hingga meniru permainan tradisional seperti congklak, gasing, bekel, atau ketapel.
Dalam permainan ini, terdapat enam karakter anak Indonesia: Ibnu, Anto, Agus, Susi, Ani, dan Ita. Mereka digambarkan sedang berlomba menuju gubuk di petak ke-100 yang menjadi “base camp” mereka. Di sepanjang perjalanan, pemain akan menemukan petak-petak pelangi yang menantang untuk melakukan aksi tertentu sesuai instruksi.
Membangkitkan Nostalgia dan Kebersamaan
Lebih dari sekadar permainan, Hompipah dirancang untuk menghidupkan kembali semangat bermain bersama tanpa layar, sesuatu yang mulai langka di era digital saat ini. Meski ditujukan untuk anak-anak usia delapan tahun ke atas, banyak pemain dewasa yang justru jatuh cinta pada konsepnya karena menghadirkan kenangan masa kecil yang hangat.
Popularitas Hompipah bermula dari unggahan singkat di TikTok. Banyak warganet yang mengira permainan itu sudah dijual, hingga akhirnya Tania memutuskan untuk memproduksinya secara komersial. Respon pasar pun luar biasa: dalam ajang Jakarta Doodle Fest 2025, sepuluh unit Hompipah yang dibawa Tania ludes terjual hanya dalam 15 menit.
“Mungkin karena idenya sederhana, tapi bisa dimainkan bareng teman atau keluarga. Orang juga kangen dengan permainan tradisional,” ungkapnya.
Dari Board Game ke Brand Kreatif
Saat ini, Tania masih memproduksi Hompipah secara handmade dalam skala kecil — sekitar 50 unit per batch. Namun ia tengah menyiapkan penjualan daring agar produk ini dapat menjangkau lebih banyak pemain di seluruh Indonesia.
Tak hanya berhenti sebagai permainan papan, Hompipah kini berkembang menjadi brand kreatif bertema tradisional. Tania menghadirkan berbagai merchandise seperti stiker, gantungan kunci, pouch, hairpin, hingga blind box dengan desain imut dan karakter khas Indonesia. Seluruh ilustrasi dan desainnya dibuat langsung oleh Tania, menambah sentuhan personal dan nilai artistik yang tinggi.
Kreativitas yang Menginspirasi
Melalui Hompipah, Tania berhasil membuktikan bahwa ide sederhana pun bisa tumbuh menjadi bisnis bernilai, asalkan dikemas dengan kreativitas dan sentuhan lokal. Lebih dari sekadar proyek desain, Hompipah menjadi medium untuk menumbuhkan kembali rasa kebersamaan dan semangat bermain yang alami.
“Tujuanku sederhana — aku ingin orang-orang ingat bahwa bermain itu nggak harus pakai gadget. Lewat Hompipah, aku ingin mereka bisa main bareng lagi, ketawa bareng lagi,” tutup Tania dengan senyum.