Sindang Rasa: Peluang Bisnis Kedai Kopi Lokal yang Tumbuh dari Warisan Keluarga
INFO OPPORTUNITY.ID-Tidak jarang sebuah usaha lahir dari apa yang telah dirintis orang tua. Begitu pula perjalanan Danar Sidqi A dalam mengembangkan kedai sekaligus toko kopi Sindang Rasa. Di balik nama dan wujudnya hari ini, tersimpan transformasi panjang dari usaha keluarga yang bermula dari rumah makan khas Sumedang.
Awalnya, Sindang Rasa dikenal sebagai rumah makan dengan menu utama makanan khas daerah, lengkap dengan camilan legendaris tahu Sumedang. Namun, perubahan besar dimulai sejak tren kedai kopi modern menjamur pada awal 2010-an. Melihat peluang tersebut, sang ayah memutuskan mengubah haluan bisnis menjadi kedai dan toko kopi bernama Boehoen Co pada 2017. Keberadaan perkebunan kopi di Sumedang dan sekitarnya makin mempermudah pasokan bahan baku yang diambil langsung dari petani setempat.
Pelan namun pasti, Boehoen Co mulai berkembang. Namun, pada tahun 2022, sang ayah meninggal dunia dan tongkat pengelolaan usaha berpindah ke tangan Danar. Di sinilah tantangan muncul. Upaya mendaftarkan merek Boehoen Co kandas karena nama tersebut telah lebih dulu dimiliki pihak lain. Tidak ingin berhenti, Danar memilih melakukan rebranding dan menghidupkan kembali nama lama: Sindang Rasa.
Menghidupkan Identitas Kopi Sumedang
Meski nama berubah, komitmen Danar tetap sama: menjaga identitas rasa kopi lokal. Ia masih mengambil biji kopi dari daerah Sumedang, terutama Rancakalong dan Gunung Manglayang.
“Bijih kopi kami ambil dari Rancakalong, biasanya yang natural, wine, dan honey. Kemudian ada juga kopi dari Gunung Manglayang,” ungkapnya.
Kopi Sumedang dikenal memiliki cita rasa buah dan cokelat dengan karakter yang dipengaruhi varietas excelsa dan arabika, kondisi iklim yang cenderung dingin, serta ketahanan pohon kopi terhadap hama. Menurut Danar, karakter ini membuat kopi Sumedang cocok bagi anak muda yang baru ingin mengenal kopi Nusantara.
Sindang Rasa: Tempat Rasa Bertemu
Nama Sindang Rasa dipilih dengan makna mendalam. “Sindang” berarti mampir, mencerminkan harapan Danar agar kedainya menjadi tempat singgah yang menghadirkan rasa—baik rasa kopi maupun rasa pertemuan antarpengunjung.
“Melalui Sindang Rasa, saya ingin mengenalkan citarasa kopi khas Sumedang kepada para pengunjung. Rasa yang mampir dalam cangkir yang mereka minum, dan rasa yang terjalin antara sesama pengunjung,” tuturnya.
Ke depan, Danar berencana memperluas jangkauan kopi yang dihadirkan. Berbagai daerah potensial Sumedang seperti Cibugel, Wado, dan Darmaraja menjadi target berikutnya—baik untuk arabika maupun robusta.
Bersinergi Dengan Petani Lokal
Dalam menjalankan bisnisnya, Danar memilih membeli langsung dari petani. Baginya, kedai kopi bukan sekadar tempat menjual minuman, melainkan jembatan antara petani dan konsumen. “Kami konsisten sebagai penghubung antara petani dengan konsumen di kedai kami,” ujarnya.
Upaya ini menjadi bentuk sinergi untuk mengembangkan ekosistem kopi Sumedang secara bersama-sama, sehingga manfaatnya dapat kembali ke masyarakat di daerah asal kopi tersebut.
Menutup Cangkir Cerita
Warisan bukan hanya soal meneruskan nama, tetapi juga tentang mengembangkan nilai. Perjalanan Danar bersama Sindang Rasa menunjukkan bahwa bisnis dapat tumbuh tanpa kehilangan akar, dan perubahan dapat lahir dari tekad untuk menjaga identitas. Dari Sumedang untuk pecinta kopi Nusantara, secangkir di Sindang Rasa adalah cerita, rasa, dan perjalanan yang mampir di hati.


