Ketika Keberanian Mengalahkan Krisis: Transformasi Bisnis Andrew Susanto
INFO OPPORTUNITY.ID-Di sebuah ruang kantor sederhana yang kini tak lagi mampu menggambarkan besarnya kerajaan bisnis yang ia bangun, Andrew Susanto duduk menatap deretan laporan yang memenuhi mejanya. Sulit membayangkan bahwa semua ini berawal dari sesuatu yang sangat kecil—sebuah pinjaman dua juta rupiah dari sang kakek pada tahun 2006, dan keyakinan seorang anak muda bahwa industri pegadaian bisa dibuka oleh siapa saja yang cukup berani mencoba.
Ketika undang-undang anti-monopoli membuka pintu bagi pemain swasta, Andrew melihat peluang yang tak banyak dilirik orang pada masanya. Dengan modal minim, tanpa nama besar sebagai perlindungan, ia memulai usaha pegadaian pertamanya. Setiap transaksi ia layani sendiri, setiap risiko ia tanggung penuh. Dari hari ke hari, ia belajar bahwa bisnis bukan hanya soal hitungan angka, tetapi tentang membangun kepercayaan orang yang datang membawa barang berharga mereka di tengah masa sulit.
Namun perjalanan itu tidak selalu mulus. Tahun 2011 menjadi pukulan paling berat ketika sang ayah—mentor utamanya dalam hidup dan bisnis—meninggal dunia. Kehilangan itu meninggalkan ruang kosong yang tidak mudah diisi kembali. Meski begitu, Andrew memilih untuk melanjutkan langkah, memperbesar Pusat Gadai Indonesia (PGI) sembari membawa pesan dan nilai yang diwariskan ayahnya: ketekunan, keberanian, dan integritas.
Perlahan namun pasti, PGI tumbuh melampaui semua perkiraan. Dari satu cabang, menjadi puluhan, lalu ratusan, hingga akhirnya menembus lebih dari seribu gerai di seluruh Indonesia. Laju pertumbuhannya mencapai 5000%, menempatkan PGI sebagai salah satu jaringan pegadaian terbesar di tanah air. Tetapi di balik angka-angka impresif itu, Andrew menyimpan cerita-cerita sulit yang jarang ia bagi ke publik.
Salah satunya terjadi pada 2018, ketika empat cabang PGI dibobol oleh oknum TNI. Bagi sebagian pengusaha, insiden seperti itu bisa saja memupuskan semangat. Namun Andrew memilih menjadikannya sebagai bahan bakar untuk bergerak lebih hati-hati, lebih cepat, dan lebih kuat. Lalu datang pandemi 2020, yang menghantam hampir seluruh lini bisnis, termasuk PGI yang mengalami penurunan kinerja hingga 40–50%. Di tengah situasi suram itu, Andrew membuat keputusan yang bagi banyak orang dianggap gila: berinvestasi di Holywings Group.
Langkah berani itu justru memperluas jejak bisnisnya. Selain menjadi komisaris di Holywings, Andrew membesarkan Pusat Emas, brand di bawah PT Pusat Emas Indonesia yang menjadi bagian integral dari Group PGI. Ia juga mengelola Sinar Mutiara, pusat grosir elektronik bekas berkualitas yang telah berdiri sejak 2006 dan menjadi mesin bisnis yang tak kalah kuat.
Di luar dunia usaha, Andrew dikenal sebagai sosok yang hangat dan perhatian. Namanya pernah mencuat saat memberikan hadiah kepada Edi Sonjaya, petugas kebersihan yang mengembalikan dompet milik Hotman Paris. Cerita itu menggambarkan sisi lain dari Andrew—seorang pengusaha yang tidak segan untuk menghargai kebaikan kecil yang sering dianggap sepele.
Dengan portofolio bisnis yang terus melebar dan kapasitas yang kian diakui publik, Andrew disebut-sebut memiliki aset mencapai triliunan rupiah, meski ia sendiri tak pernah mengumumkan angka pasti. Yang jelas, fondasi kekayaannya berasal dari berbagai lini usaha yang ia bangun hampir dua dekade terakhir: Pusat Gadai Indonesia, Pusat Emas, Holywings Group, hingga Sinar Mutiara.
Di balik pencapaian tersebut, Andrew Susanto tetap terlihat sebagai sosok yang berjalan dengan kecepatan tinggi, namun tetap membawa memori masa-masa awal yang sederhana. Ia tumbuh dari kegigihan, jatuh bangun, keberanian mengambil risiko, dan keyakinan bahwa titik awal seseorang tak pernah menentukan seberapa jauh ia bisa melangkah. Dan hingga kini, jejak langkah itu masih terus bertambah, sejalan dengan mimpi-mimpi baru yang belum selesai ia kejar.