Rinaldi Dharma Utama, CEO Sei Indonesia: Membawa Sei Sapi Lokal Jadi Kuliner Cepat Saji Kelas Dunia
INFO OPPORTUNITY.ID-Siapa sangka olahan sei sapi khas Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa menjelma menjadi hidangan cepat saji modern yang kini dilahap jutaan orang tiap bulannya. Adalah Se’Indonesia, brand kuliner yang berdiri pada 2023, berhasil mengemas tradisi tersebut ke dalam skala industri dengan lebih dari 150 gerai cloud kitchen dan penjualan 2–3 juta porsi per bulan.
Di balik kesuksesan itu, ada sosok Rinaldi Dharma Utama, CEO sekaligus Co-founder Se’Indonesia, yang sejak awal memiliki visi sederhana: menghadirkan olahan daging sapi premium dengan harga ramah kantong.
Dari Lakuliner ke Se’Indonesia
Rinaldi sebelumnya membangun startup Lakuliner, platform untuk membantu brand F&B berkembang melalui jaringan cloud kitchen. Berinteraksi dengan lebih dari 150 brand kuliner memberinya banyak pelajaran. Namun, sebagai pencinta daging sapi, ia melihat peluang besar yang belum tergarap: konsumsi sapi di Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 2 kilogram per kapita per tahun, jauh di bawah rata-rata global.
“Bukan karena orang Indonesia tidak suka sapi, tapi karena harganya mahal. Dari situ muncul ide membuat brand yang bisa menghadirkan daging sapi Australia kualitas premium mulai dari Rp25.000 per porsi,” ujar Rinaldi Dharma Utama.
Modernisasi Sei Sapi NTT
Alih-alih steak atau premium cut lain, Rinaldi memilih mengadopsi sei sapi khas NTT. “Steak sulit dijual murah tanpa mengorbankan kualitas. Dengan sei sapi, kami bisa olah secondary cuts jadi menu lezat, bernutrisi, tapi tetap affordable,” jelasnya.
Se’Indonesia kemudian memodernisasi proses pengolahan agar sesuai standar quick service restaurant. Sekitar 90% produk diolah di central kitchen sebelum dikirim ke outlet, sehingga rasa konsisten sekaligus menjaga efisiensi.
Pertumbuhan Pesat dan Strategi Bisnis
Hanya dalam setahun, Se’Indonesia berhasil menjual setara 300 ton daging sapi per bulan. Selain 150 lebih cloud kitchen, mereka baru saja membuka flagship store di Palmerah, Jakarta Barat, dengan target menambah 20–30 outlet dine-in di kota besar tahun ini.
Seluruh gerai dioperasikan sendiri tanpa sistem franchise. “Kami ingin menjaga kualitas, konsistensi, dan reputasi brand,” tegas Rinaldi.
Didukung pendanaan seri A senilai US$ 9,7 juta dari Insignia Ventures dan investor lainnya, Se’Indonesia menargetkan ekspansi hingga 300–500 gerai di seluruh Indonesia. Jika tercapai, proyeksi penjualan bisa mencapai 25 juta porsi per bulan.
Strategi Pemasaran dan Tantangan
Dalam strategi pemasaran, Rinaldi menekankan pentingnya value. “Kalau harga dan kualitas sudah tepat, orang akan repeat order. Digital marketing dan review konsumen di media sosial jadi kunci kami,” tuturnya.
Namun, tantangan terbesar tetap pada rantai pasok. Saat ini mereka masih mengandalkan impor sapi dari Australia dan Brazil. “Ke depan, ketika sudah skala besar, kami ingin mengembangkan peternakan sendiri agar pasokan lebih stabil,” kata Rinaldi.
Menuju Pasar Global
Tak hanya agresif di dalam negeri, Se’Indonesia juga menargetkan ekspansi regional. Uji coba 3–5 outlet di Malaysia dan Singapura direncanakan mulai tahun depan. “Awalnya akan kami kelola sendiri untuk membuktikan product-market fit, baru kemudian buka peluang kemitraan,” ungkapnya.
Visi jangka panjang Se’Indonesia adalah menjadi quick service restaurant (QSR) internasional asal Indonesia, sekaligus mengembangkan produk consumer goods berbasis olahan sapi. “Kami ingin kuliner Nusantara naik kelas dan konsumsi sapi nasional meningkat,” kata Rinaldi.
Pengakuan Internasional
Pencapaian Se’Indonesia makin lengkap ketika masuk dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2024 sebagai satu-satunya brand kuliner dari Indonesia. “Itu validasi penting bahwa inovasi kuliner Nusantara punya potensi global. Sekaligus motivasi untuk membawa nama Indonesia lebih jauh lagi,” pungkas Rinaldi Dharma Utama.