Menapaki Perjalanan Owner DPenyetz Bangun Restoran Ayam Penyet di 6 Negara
Bidang kuliner merupakan pilihan usaha yang jadi primadona bagi orang yang mau mendirikan bisnis. Meskipun memasak identik dengan wanita, sudah banyak kaum lelaki yang sukses jadi pengusaha di bidang ini.
Contonya ialah Edy Ongkowijaya. Pria kelahiran 1977 ini merupakan pengusaha asal Indonesia yang berhasil mendirikan kuliner Nusantara hingga ke mancanegara. Ia adalah pendiri dari D’Penyetz, restoran yang menawarkan varian ayam penyet ini sudah memiliki cabang di 6 negara, yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Australia.
Mendapuk kesuksesannnya saat ini tentunya tak terlepas dari perjuangan di masa lalunya. Edy harus melewati rintangan kehidupan yang menerpanya hingga akhirnya membuahkan hasil yang setimpal.
Edy merupakan anak dari pengusaha otomotif. Ia memiliki kehidupan yang nyaman tanpa adanya kekurangan. Saat usianya menginjak 18 tahun, dirinya melanjutkan untuk menimba ilmu ke Singapura.
Tapi tak ada yang menyangka, kehidupan Edy berubah drastis saat usaha otomotif ayahnya mengalami kebangkrutan. Dengan goyahnya keadaan finansial keluarga, sang ayah meminta Edy untuk pulang ke Indonesia karena tidak bisa membiayainya lagi.
Permintaan tersebut justru ditolak oleh Edy. Ia memilih tetap melanjutkan sekolahnya di Negeri Singa itu dengan usahanya sendiri. Edy harus banting tulang untuk menafkahi dirinya dan juga membantu keuangan keluarga yang mengalami kesulitan di Tanah Air.
Pekeraaan apa pun dilakoni oleh anak kedua dari tiga bersaudara ini. Bahkan, Edy harus menjajal empat profesi untuk memiliki penghasilan. Mulai dari tukang cuci piring, pelayan, jadi guru les privat, hingga sebagai pelatih bulu tangkis untuk anak sekolah dasar.
Perjuangannya tak berhenti di situ. Saat menjalani perkuliahan, Edy harus menunggu belas kasihan dari pemilik kantin untuk mengisi perutnya yang lapar. Pemilik kantin memberikan sisaan lauk yang ingin dibuang kepada Edy.
Edy juga pernah bertahan hidup hanya mengandalkan uang sebesar 50 cents (Rp 5.000). Saking terbatasnya keuangan, selama hampir sebulan dirinya harus makan mi instan dan roti tawar. Beberapa kali Edy juga terpaksa untuk menumpang tidur di rumah temannya.
Setelah melalui berbagai penderitaan, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dari Nanyang Technological University dengan jurusan Marketing pada 2000. Kemudian ia mendapatkan pekerjaan di perusahaan logistik asal Jepang. Namun, pekerjaan ini bukanlah passion-nya sehingga ia hanya bertahan sampai tiga tahun.
Memutuskan keluar dari pekerjaannya, Edy mulai terjun ke bisnis kuliner. Pada tahun 2004, ia dipinjami modal untuk membeli waralaba Es Teler 77 di Far East Plaza, Orchard Road. Usaha tersebut berjalan sukses hingga pada tahun 2006, ia melepas bisnisnya.
Selanjutnya, Edy mencoba berbisnis kuliner yang lain. Ia memilih menekuni makanan Nusantara, yakni ayam penyet. Ia menggandeng merek waralaba untuk membuka gerai di Lucky Plaza, Orchard Road. Tak perlu butuh waktu yang lama, ayam penyetnya semakin dikenal oleh masyarakat Singapura.
Namun, kesuksesan bisnis tersebut tidak berlangsung lama. Kemitraannya kandas di tengah jalan karena selama 2 tahun tidak ada laporan pembukuan dan pembagian dividen dalam usaha bersama itu. Edy bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kejadiaan yang menimpanya.
Pada tahun 2009, Edy bangkit untuk membangun usahanya sendiri. Masih dengan menu kuliner yang sama, ia mendirikan bisnisnya yang awalnya diberi nama Dapur Penyet. Ia membuka gerai tersebut hanya di sebuah food court di Jurong Point Mall, Singapura.
Di tahun pertama pembukaan gerainya, Edy mengeluarkan tenaga yang cukup banyak dalam mengurus usahanya ini. Meskipun sudah memiliki karyawan, Edy tetap turun untuk mengurus semuanya dari urusan manajerial, melayani pembeli, hingga membersihkan gerai dan urusan dapur.
Dengan semangat dan ketekunannya dalam menjalani bisnis, D’Penyetz yang telah berdiri lebih dari 10 tahun ini berkembang menjadi restoran yang besar. Bisnis yang Edy bangun bermula di negeri orang ini berhasil memiliki 128 cabang yang tersebar di 6 negara, yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Australia.