Kisah Asmaul Husna: Dari Modal Nekat Rp7,5 Juta, Kini Sukses Bisnis Impor Omzet Rp20 Miliar
INFO OPPORTUNITY.ID-Tidak semua orang berani meninggalkan karier mapan demi membangun usaha dari nol. Namun, pilihan itulah yang diambil oleh Asmaul Husna, perempuan asal Pasuruan, Jawa Timur, yang kini sukses memimpin bisnis logistik internasional bernama PT L Asatran. Keputusan besar itu berawal dari tekad dan keberanian. Seperti dikutip dari kanal YouTube Naik Kelas dengan judul “Modal Nekat! Sekarang Sukses Bisnis Impor Omzet 20 Miliar”, Asmaul memulai bisnis international freight forwarding hanya dengan modal Rp7,5 juta—padahal bisnis ini biasanya membutuhkan modal ratusan juta rupiah. “Waktu itu minimal modalnya Rp250 juta. Tapi saya hanya punya sekitar Rp5 sampai 7,5 juta. Bisa dibilang benar-benar modal nekat. Saya tidak punya banyak uang, tapi saya punya mimpi besar,” kenang Asmaul.
Tahun 2005 menjadi titik awal lahirnya PT L Asatran. Saat itu, Asmaul dan dua adiknya mengelola usaha kecil di bidang pengiriman barang. Mereka belajar seluk-beluk ekspor-impor sambil menangani order sederhana. Keterbatasan modal membuat mereka harus berhemat, bahkan sampai mencicil gaji karyawan. Namun, prinsip kejujuran selalu ia pegang teguh. “Kalau ada pekerjaan dengan margin kecil bahkan nyaris tanpa untung, saya tetap kerjakan. Karena bagi saya, tanggung jawab ke customer itu nomor satu,” ujarnya.
Sebagai perempuan di industri logistik yang didominasi laki-laki, Asmaul sering dipandang sebelah mata. Banyak yang meragukan kemampuannya. Namun, hal itu justru menjadi pemicu semangat untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa sukses. Ujian terberat datang saat ia ditipu rekan bisnis hingga kehilangan Rp125 juta. “Hampir setiap pagi saya datangi rumahnya, memohon supaya uang itu dikembalikan. Itu masa-masa saya benar-benar down,” kenangnya.
Beruntung, salah satu customer memberi keringanan pembayaran, yang menyelamatkan usahanya. Dari pengalaman itu, ia semakin yakin bahwa doa dan kejujuran selalu menemukan jalannya.
Perlahan, PT L Asatran terus berkembang. Strategi utama Asmaul adalah adaptif terhadap regulasi impor-ekspor yang dinamis. Ia juga selalu mengedukasi klien agar menyiapkan dokumen dengan benar sehingga biaya dapat ditekan dan proses berjalan lancar. Selain itu, pendekatan personal kepada customer menjadi kunci. “Kita tidak sekadar mengurus barang, tapi juga memberi advice. Misalnya barang frozen harus dijaga suhunya dengan kontainer reefer. Kalau salah handling, ruginya bisa miliaran,” jelasnya.
Kini, PT L Asatran dipercaya menangani klien besar, mulai dari distribusi benih jagung hingga impor 400 ton plat besi untuk BUMN. Dari hanya tiga orang di awal, kini perusahaan mempekerjakan sekitar 20 karyawan, sebagian besar masih anggota keluarga. Dari segi aset, Asmaul telah memiliki ruko, workshop, kendaraan operasional, hingga lahan tanah. Meski begitu, baginya kesuksesan bukan hanya soal harta. “Yang penting saya bisa bahagiakan keluarga, bawa orang tua haji, umrah, dan anak-anak bisa sekolah dengan baik. Itu sudah lebih dari cukup,” ujarnya penuh syukur.
Meski telah mencapai omzet miliaran rupiah, Asmaul tidak berhenti bermimpi. Ia ingin menjadikan PT L Asatran sebagai perusahaan lokal yang mampu bersaing di tingkat global, sekaligus membantu UMKM agar produknya bisa menembus pasar ekspor. Pesannya untuk generasi muda sederhana namun kuat: “Jangan takut bermimpi. Apa yang kita dapat hari ini adalah hasil dari mimpi di masa lalu. Tantangan bukan untuk ditakuti, tapi dijadikan motivasi untuk tumbuh.” Bagi Asmaul Husna, kesuksesan sejati adalah kebermanfaatan—bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga bagaimana usahanya mampu membuka lapangan kerja dan menginspirasi banyak orang. “Selama kita jujur dan mau berusaha, insyaAllah jalan rezeki selalu ada,” tutupnya.