Kemitraan Pisang Goreng Arty, Bisnis Minim Modal dan Risiko
FRANCHISEGLOBAL.COM-Di tengah serbuan jajanan ala korea, pisang goreng masih menjadi cemilan idola masyarakat sebagai teman ngeteh atau ngopi. Order pisang goreng via aplikasi pesan antar online, pisang goreng tanduk & sukun arty bahkan tercatat sebagai yang tertinggi dibanding aneka kudapan lain.
Salah satu brand yang paling dikenal adalah Pisang Goreng Arty. Bermula dari ingin membantu teman, Pisang Goreng Arty sudah memiliki puluhan mitra yang tersebar di Jabodetabek.
Selain pisang goreng Varian yang ditawarkan juga makin beragam, termasuk donat, pisang molen, pisang madu, cireng dan Sukun Goreng.
“Kami mulai di awal pandemi, sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu saya bikin pisang goreng, dan kata suami saya coba dijual online, berawal dari garasi, dan ternyata laku hingga saat ini, kenang Owner Pisang Goreng Arty, Lusi Soeyono.
Lusi dan suami mulai berekspansi, setelah kedatangan sahabatnya yang jadi korban PHK gara-gara pandemi.
“Waktu itu ada teman yang terkena PHK datang ke rumah Tanya ke saya boleh tidak ikut jualan pisang gorengnya, saya pikir kenapa tidak boleh, Ya sudah buka saja, bahan dari saya nanti kita bagi hasil,” kisah Lusi.
Dari situlah Pisang Goreng Arty makin berkembang dengan mengusung konsep kemitraan. “Sekarang kita sudah ada 40-an mitra di Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Depok.
"Sistemnya kemitraan, bukan franchise. Jadi jika ada yang ingin bergabung, kita lihat lokasinya dulu. Kalau tidak ada mitra lain dalam radius 5 km, kita perbolehkan katanya.
Menjadi mitra Pisang Goreng Arty boleh dibilang minim modal. Mitra tinggal menyiapkan peralatan masak seperti kompor, wajan penggorengan, mixer dan gas. Sedangkan bahan bakunya, mulai dari pisang dan sukun yang didatangkan dari Sukabumi, adonan tepung, hingga minyak gorengnya dipasok oleh management pisang goreng tanduk & sukun arty.
“Untuk mitra tidak ada biaya, cuma sediakan saja alat masak yang kalau beli sekitar Rp1,3 juta. Apa saja kelengkapannya nanti bagian admin kami akan memberi penjelasan apa saja yang di butuhkan, jika sudah berjalan agak ramai, beli freezer sekitar Rp1,7 jutaan harganya, untuk menyimpan bahan frozenan, Anggaplah modal semua Rp3 juta, sama ponsel android untuk aplikasi. Pakai ponsel yang biasa kita gunakan sehari-hari juga nggak apa-apa,” jelas Lusi.
Berbeda dengan sistem franchise yang biasanya butuh gerai khusus, bisnis Pisang Tanduk Arty jauh lebih fleksibel.
“Kalau franchise kan bayar, kita nggak. Tidak usah sewa ruko, cukup di rumah saja karena kita fokusnya ke pesanan online Gojek, Grab dan Shopee Food,” jelas wanita asal Yogyakarta ini.
Meski kerjasamanya terkesan simpel, omzet yang diraup mitra Pisang Goreng Arty tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan skema bagi hasil 70:30, penghasilan yang didapat mencapai belasan juta rupiah.
“Harga jual Rp 5.800 per slice. Akhir bulan kita total semua, nah dari keuntungan bersih setelah di potong pengambilan bahan dan lain-lain nanti bagi hasil 70 persen untuk mitra, dan 30persen untuk kita sebagai pemilik brand
"Setiap tanggal 5 setelah admin kami selesai menghitung semua penjualan dan bembelian kami langsung mentransfer semua keuntungan yang di dapat mitra,” tutur Lusi.
Dari pengalaman selama ini, tiap mitra mampu menghasilkan Rp15-30 juta per bulan. “Keuntungan bersihnya di kisaran Rp3-15 juta setelah bagi hasil. Besaran omzet tergantung lokasi ya, kalau lokasinya banyak perkantoran biasanya ramai orderan ucapnya.
Bentuk kerja sama seperti ini, kata Lusi, membuat kemitraan dengan Pisang Goreng Arty tidak kenal istilah rugi.
“Misal sudah jalan tiga bulan ternyata tidak laku terus mitra menyerah, ya sudah, kami tidak memaksakan mitra untuk terus bergabung dengan kami, saya juga tidak minta bayaran. Justru terkadang kita yang rugi, karena bahan kan dari kita, mereka hanya menyediakan tempat dan menggoreng saja,” ucap Lusi santai.
Tapi ia yakin jika mitra berusaha sungguh-sungguh, bisnis Pisang Goreng Arty punya prospek cerah. “Kalau kerja bener, gorengnya bagus, bukanya ontime seharusnya tidak rugi. Apalagi ini kan ada orderan baru digoreng, jadi bahannya lebih awet,” kata Lusi.