Dari Peluang Kecil, Baihaki Sukses Bangun Bisnis Lakban Beromzet Miliaran
INFO OPPORTUNITY.ID-Bisnis besar tidak selalu lahir dari ide rumit. Kadang, peluang justru datang dari hal-hal terdekat dalam kehidupan. Inilah yang dialami Baihaki, pria asal Purworejo, Jawa Tengah, yang kini sukses mengembangkan usaha lakban dengan omzet mencapai miliaran rupiah per bulan melalui perusahaannya, PT Butuh Lakban Indonesia atau lebih dikenal dengan Butuhlakban.
Awalnya, Baihaki mendapat tawaran dari seorang teman yang memiliki pabrik lakban untuk menjual produknya. Alih-alih menyia-nyiakan kesempatan, ia melakukan riset kecil-kecilan. Hasil risetnya menarik: sebagian besar penjual lakban hanya menyasar tukang fotokopi, tidak ada yang mencoba masuk ke industri atau pabrik.
“Berarti, saya masih ada peluang untuk menjualnya ke industri. Apalagi, di Cikupa, Tangerang, ini banyak pabrik dan pergudangan. Jadi saya pun mencoba direct selling ke pabrik. Risiko gagal bayarnya juga kecil,” tutur Baihaki.
Dari Karyawan Menjadi Pebisnis
Memulai usaha pada 2018, Baihaki masih berstatus karyawan. Setiap pagi ia bekerja, sementara siang hingga sore ia berkeliling menawarkan lakban ke pabrik-pabrik. Modalnya murni dari kantong sendiri, tanpa investor. Baru pada 2019 ia memutuskan resign untuk fokus pada bisnisnya.
Perjalanan Butuhlakban dimulai dengan nama CV Triraksa Jaya Mandiri sebelum akhirnya bertransformasi menjadi PT Butuh Lakban Indonesia. Kini, perusahaan tersebut dikenal sebagai aggregator pabrikan lakban yang menyuplai kebutuhan industri, UKM, hingga penjual online.
Dengan kapasitas pasok sekitar 13.000 karton per bulan untuk Jabodetabek dan 4.000 karton per bulan untuk Jawa Timur, Butuhlakban melayani beragam kebutuhan, mulai dari opp tape, lakban fragile, double tape, masking tape, cloth tape, lakban custom, hingga plastic wrapping dan sealant.
Jaringan Pabrik dan Strategi Pemasaran
Pada awalnya, pasokan lakban hanya dari satu pabrik milik temannya. Kini, Butuhlakban menggandeng lima pabrik, tiga di Jakarta, satu di Surabaya, dan satu di Semarang. Meski belum memiliki pabrik sendiri, Baihaki menegaskan hal itu tidak menghalangi perusahaannya untuk memperbesar pasar.
Dalam strategi pemasaran, Butuhlakban tetap mengandalkan direct selling ke pabrik-pabrik. Menurut Baihaki, industri masih nyaman dilayani secara offline dengan sistem pembayaran tempo. Namun, jalur online juga mulai digarap serius melalui website butuhlakban.com, serta marketplace seperti GudangAda, Evermos, Shopee, dan Blibli.
“Sekarang online masih 30%. Ke depan, kami berharap 50:50 antara offline dan online. Untuk itu, kami terus optimasi website agar lebih mudah ditemukan,” ujarnya.
Revenue Tembus Rp 1 Miliar per Bulan
Saat ini, Butuhlakban mencatat revenue sekitar Rp 1 miliar per bulan dengan konsumen dari 150 perusahaan berbagai sektor, mulai dari F&B, manufaktur helm, pigura, hingga AMDK. Baihaki menargetkan perusahaannya mampu menyaingi pemain besar seperti Daimaru yang omzetnya mencapai Rp 1 triliun per tahun.
“Sederhananya, minimal kami harus bisa 25% sampai 50% dari pasar nasional,” kata Baihaki.
Selain memperkuat online, Butuhlakban juga berencana membuka distributor di daerah, seperti Bandung dan Purworejo, untuk menjangkau pasar industri yang mulai menyebar ke luar Jabodetabek.
Dukungan Mitra dan Harapan Ekspansi
Keseriusan Baihaki membangun Butuhlakban juga mendapat dukungan dari mitra pabrikan. Jeffri Lie, CEO PT Starindo Multi Industri, menyebut Butuhlakban memiliki keunggulan pada jangkauan pemasaran yang luas.
“Semenjak bergabung, kinerja kami sangat bagus. Volume penjualan Butuhlakban terus meningkat. Ke depan kami berharap Butuhlakban juga bisa menjajaki pasar ekspor,” ujarnya.
Dengan semangat pantang menyerah, Baihaki menutup harapannya: “Mimpi kami, Butuhlakban menjadi agregator lakban nasional dan mampu menguasai setidaknya 50% revenue pemain besar di industri ini.”