Bisnis Properti Masih Lesu, Apartemen Jadi Anak Tiri di Tengah Pergeseran Pasar

INFO OPPORTUNITY.ID– Pelaku bisnis properti tengah menghadapi tantangan berat. Sejak 2023, hampir tak ada angin segar bagi sektor properti komersial maupun residensial, terutama untuk kategori bangunan tinggi atau high-rise building.

Banyak analis sebelumnya memperkirakan bisnis properti akan kembali bergairah setelah presiden baru terpilih. Namun proyeksi tersebut meleset. Hingga pertengahan 2025, penjualan properti masih stagnan—bahkan cenderung lesu.

Investor Masih Menunggu

Firma konsultan dan agensi properti Jones Lang LaSalle (JLL) dalam riset Mei 2025 menyebutkan, sebenarnya banyak investor yang melirik bisnis properti, khususnya apartemen. Namun sebagian besar masih bersikap hati-hati dan memilih menunggu perkembangan pasar sebelum memutuskan membeli.

Riset JLL juga mencatat, tak ada proyek apartemen atau kondominium baru yang dibangun pada kuartal pertama 2025. Kondisi ini menunjukkan pasar masih mengalami stagnasi antara pasokan dan permintaan. Bahkan sepanjang semester I tahun ini, pasar apartemen belum menunjukkan perbaikan berarti, meskipun pemerintah telah memberikan insentif berupa diskon pajak pertambahan nilai (PPN).

Colliers: Pasar Masih Redup

Pandangan serupa juga disampaikan oleh konsultan properti Colliers Indonesia. Mereka menyebut pasar apartemen masih “redup” meskipun periode pasca-pemilihan umum telah lewat.

Colliers mencatat, sepanjang 2024 sebanyak 66 persen transaksi apartemen terjadi pada unit yang sudah jadi. Pergeseran preferensi pembeli dari unit yang sedang dibangun ke unit yang siap huni sudah terlihat sejak pemerintah memperkenalkan insentif PPN pada 2021. Namun, antusiasme konsumen kini tampak menurun.

Penyebab Lesunya Pasar

Ada beberapa faktor yang menyebabkan bisnis hunian vertikal, khususnya apartemen, mengalami kelesuan.

Pertama, kelebihan pasokan (oversupply) akibat banyaknya proyek baru yang dikembangkan sejak 2015, termasuk proyek milik BUMN dengan konsep transit-oriented development (TOD) di berbagai area. Sayangnya, proyek-proyek baru tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan.

Di Jakarta saja, menurut data Real Estate Indonesia (REI), hingga pertengahan 2025 terdapat lebih dari 5.000 unit apartemen yang belum terjual.

Kedua, pergeseran preferensi konsumen menuju rumah tapak (landed house) di kawasan pinggiran kota. Pembeli lebih memilih rumah tapak karena biaya iuran pengelolaan lingkungan dan service charge apartemen yang kian tinggi.

Ketiga, turunnya minat investasi di sektor properti. Di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil, masyarakat lebih memilih instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil pasti dan likuid, seperti deposito, emas, atau obligasi, ketimbang properti yang cenderung stagnan dan sulit dijual kembali.

Strategi Baru Pengembang

Di tengah situasi tersebut, sejumlah pengembang mulai mengubah arah strategi bisnisnya.

Co-founder sekaligus Presiden Direktur PT Perintis Triniti Properti Tbk (Triniti Land), Ishak Chandra, mengungkapkan bahwa sejak tiga hingga empat tahun terakhir, perusahaannya telah menghentikan pengembangan proyek apartemen dan beralih fokus ke rumah tapak serta properti komersial.

“Triniti Land kini tidak lagi berfokus pada proyek high-rise building di sekitar Jakarta seperti Serpong dan Alam Sutera, melainkan menggarap proyek rumah tapak di wilayah Jawa Barat, seperti Sentul (Bogor) dan Karawang. Kami juga mulai mengembangkan proyek pergudangan, rumah toko, dan business park yang lebih menjanjikan,” ujar Ishak.

Menunggu Momentum Baru

Dengan kondisi ekonomi yang masih berproses menuju pemulihan dan kebijakan insentif yang belum banyak memantik gairah pasar, sektor properti masih harus bersabar. Para pelaku industri berharap adanya momentum baru—baik dari kebijakan pemerintah maupun perbaikan daya beli masyarakat—yang dapat menghidupkan kembali roda bisnis properti nasional.

Video Pilihan dari INFOBRAND TV
DISCLAIMER
Media INFO OPPORTUNITY tidak bertanggungjawab atas segala bentuk transaksi yang terjalin antara pembaca, pengiklan, dan perusahaan yang tertuang dalam website ini. Kami sarankan untuk bertanya atau konsultasi kepada para ahli sebelum memutuskan untuk melakukan Kerjasama bisnis.

Member of:

Supported By: