Tirta Mandira Hudhi: Lulusan Baru Belajar Bisnis Lewat Waralaba Murah, Bukan Mengejar Laba
INFO OPPORTUNITY.ID-Bagi para lulusan baru yang memiliki semangat tinggi untuk berbisnis namun terkendala modal, Tirta Mandira Hudhi, pengajar paruh waktu di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), memberikan saran menarik: mulailah dari waralaba makanan dan minuman dengan modal terjangkau.
Dalam kuliah yang disampaikannya kepada mahasiswa tingkat akhir, Tirta menjelaskan bahwa tujuan mengambil waralaba bukan semata untuk mencari keuntungan, melainkan untuk mempelajari sistem manajerial usaha yang sudah terbukti berhasil. “Pilihlah bisnis waralaba yang kemungkinan gagalnya kecil dan marginnya kecil,” ujarnya.
Tirta mencontohkan beberapa waralaba ayam goreng seperti Olive, Sabana, dan merek serupa lainnya yang bisa dimulai dengan modal antara Rp25 juta hingga Rp35 juta. Menurutnya, waralaba semacam ini cocok bagi sarjana baru yang ingin memahami cara mengelola bisnis secara nyata. “Tujuannya bukan cari laba, tapi belajar mengelola. Dari cara kelola itu nanti kalian bisa terinspirasi untuk membangun bisnis sendiri,” jelasnya.
Menurut Tirta, waralaba murah paling cocok bagi lulusan baru yang memiliki tiga parameter positif: tabungan stabil, privilege memadai, serta indeks prestasi dan pengalaman kerja yang baik. Dengan kombinasi tersebut, risiko kegagalan bisnis menjadi lebih kecil karena sistem waralaba sudah teruji. Namun, bagi mereka yang hanya memiliki satu parameter positif, Tirta menyarankan untuk tidak langsung terjun ke bisnis. “Kerja dulu. Kerja itu akan membentuk mental tangguh dan membuat kalian tahu rasanya diperintah orang,” tegasnya.
Ia menilai pengalaman kerja sangat penting untuk membentuk karakter dan etika kepemimpinan di masa depan. “Kalau ketemu kantor toxic, jangan jadi atasan seperti itu. Kalau ketemu kantor yang membuat kalian tumbuh, jadilah atasan seperti itu,” tambahnya.
Tirta juga memberikan panduan waktu bekerja sebelum memutuskan berwirausaha. Bagi yang memiliki satu parameter positif, sebaiknya bekerja selama dua hingga tiga tahun. Sementara bagi yang memiliki dua parameter negatif atau lebih, waktu ideal bekerja bisa mencapai lima tahun atau lebih. Menariknya, Tirta justru tidak menyarankan berhenti bekerja saat mulai bisnis. “Profesi ganda adalah yang terbaik. Kerja dari jam delapan sampai lima, tapi punya bisnis,” katanya. Ia bahkan mengaku menjalani tujuh profesi sekaligus, membuktikan bahwa karier dan bisnis bisa berjalan beriringan jika dikelola dengan baik.
Tirta juga menekankan bahaya berutang untuk modal usaha yang belum terbukti berjalan baik. “Berutanglah kalau bisnismu sudah pasti. Jangan berutang kalau bisnismu belum pasti,” pesannya. Ia mengingatkan banyak orang yang terjebak dalam masalah finansial karena menggadaikan aset keluarga untuk bisnis yang belum jelas prospeknya. “Jangan gadaikan rumah orang tua demi bisnis yang belum pasti,” tegasnya.
Selain itu, Tirta menyoroti pentingnya literasi keuangan sebelum terjun ke dunia usaha. Lulusan baru sebaiknya memperdalam pengetahuan tentang keuangan, perpajakan, dan manajemen usaha melalui kuliah, kursus singkat, atau belajar mandiri dari buku dan sumber daring. “Kalau mau kaya, perbaiki pola pikir dulu. Belajar memperbaiki otak tidak harus lewat kuliah. Bisa lewat kursus singkat, sumber daring, buku, atau jurnal,” sarannya.
Sebagai penutup, Tirta mengingatkan bahwa menjadi pengusaha bukan tentang status atau prestise, melainkan tentang kemampuan bertahan menghadapi ketidakpastian. “Pengusaha itu bertarung dengan ketidakpastian di setiap hidupnya. Hidup itu soal bertahan,” pungkasnya.