Industri Cat dan Pelapis Bertransformasi: Dari Warna ke Keberlanjutan dan Teknologi AI

INFO OPPORTUNITY.ID– Industri cat dan pelapis (coating) tengah memasuki babak baru. Tak lagi sekadar bicara tentang warna dan tampilan, sektor ini kini bergerak menuju arah keberlanjutan (sustainability), efisiensi energi, serta inovasi berbasis artificial intelligence (AI).

Transformasi tersebut menjadi sorotan utama dalam Pacific Coatings Show & Conference (PCS) 2025, pameran dan konferensi internasional yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, pada 29–31 Oktober 2025.

Acara berskala global ini mempertemukan lebih dari 80 pemain industri dari Eropa hingga Asia, menghadirkan solusi terkini mulai dari bahan baku, teknologi aplikasi, hingga sistem produksi ramah lingkungan.

Indonesia Pasar Terbesar di Asia Tenggara

Menurut Alexander Mattausch, Executive Director Exhibitions NürnbergMesse GmbH selaku penyelenggara PCS 2025, pasar Asia Pasifik menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasan ini. “Kami percaya lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi salah satu pasar coating terbesar di dunia. Pertukaran pengetahuan dan teknologi di kawasan ini menjadi kunci,” ujarnya.

Pertumbuhan pesat sektor properti, infrastruktur, dan manufaktur turut memicu lonjakan kebutuhan cat, baik dekoratif maupun industri. Selain itu, meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk yang estetis dan fungsional menciptakan peluang besar bagi produsen yang mampu berinovasi.

Tren Utama: Cat Ramah Lingkungan

Salah satu tren utama yang mendominasi PCS 2025 adalah pergeseran ke produk cat ramah lingkungan. Formula berbasis air (water-based paint) kini menjadi fokus riset dan pengembangan karena lebih aman, rendah emisi, dan tidak beracun.

Menurut Kris R. Adidarma, Ketua Asosiasi Perusahaan Cat Indonesia (APCI), arah industri saat ini jelas menuju sustainability. “Ke depan, cat berbasis air, rendah emisi, dan non-toksik akan menjadi standar, bukan pilihan. Teknologi hijau bukan hanya isu, tapi strategi bisnis yang harus diadopsi industri dalam negeri,” ujarnya.

Kris yang juga CEO PT Propan Raya menambahkan, banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, telah memperketat regulasi terhadap bahan kimia berbahaya, termasuk kandungan timbal (lead). Di Indonesia sendiri, upaya penghapusan timbal dari produk cat dekoratif dan sintetik juga tengah berjalan.

PT Propan Raya menjadi perusahaan cat lokal pertama yang mengantongi sertifikasi Green Label Indonesia, membuktikan bahwa inovasi berkelanjutan dapat menjadi nilai jual yang kuat. “Teknologinya sudah tersedia. Tinggal bagaimana arah dan komitmen perusahaan untuk menerapkannya,” kata Kris.

AI dan Inovasi Teknologi Jadi Motor Baru

Selain isu lingkungan, teknologi juga menjadi motor penggerak utama transformasi industri cat dan pelapis. PCS 2025 menampilkan berbagai inovasi seperti AI-assisted color matching yang memungkinkan presisi warna tinggi, functional coatings yang dapat memantulkan panas atau membersihkan diri sendiri, hingga sistem otomasi produksi berbasis data real-time. “Industri coating bukan hanya soal estetika, tapi soal sains dan efisiensi. Inovasi akan datang dari kolaborasi antara peneliti, produsen, dan pelaku bisnis yang mau beradaptasi dengan perubahan pasar,” ujar Matthias Janz, Director Trade Shows Vincentz Network.

Tantangan: Ketergantungan Impor dan SDM Terbatas

Meski prospeknya besar, industri cat di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama pada ketergantungan bahan baku impor dan keterbatasan sumber daya manusia terampil di bidang kimia terapan serta rekayasa material. “Kita punya potensi besar, tapi industri petrokimia di Indonesia belum cukup kuat untuk menopang kebutuhan bahan baku cat,” jelas Janz.

Karena itu, kolaborasi antara supplier bahan baku, produsen cat, dan lembaga riset menjadi sangat penting untuk memastikan pertumbuhan industri yang berkelanjutan.

PCS 2025: Ajang Kolaborasi dan Transfer Pengetahuan

Selain pameran, PCS 2025 juga menghadirkan seminar dan short course gratis yang melibatkan akademisi serta praktisi global. Fokusnya adalah memperkuat kapasitas SDM, berbagi pengetahuan, serta membangun jaringan bisnis lintas negara. “Masa depan industri ini tidak akan dikuasai oleh satu pihak, tapi ditentukan oleh jaringan yang dibangun bersama,” tutup Janz.

Ke depan, pelaku usaha yang mampu menggabungkan teknologi, keberlanjutan, dan efisiensi produksi diprediksi akan menjadi pemenang baru di industri coating global.

Video Pilihan dari INFOBRAND TV
DISCLAIMER
Media INFO OPPORTUNITY tidak bertanggungjawab atas segala bentuk transaksi yang terjalin antara pembaca, pengiklan, dan perusahaan yang tertuang dalam website ini. Kami sarankan untuk bertanya atau konsultasi kepada para ahli sebelum memutuskan untuk melakukan Kerjasama bisnis.

Member of:

Supported By: