Mengembangkan Bisnis Kuliner: Tak Hanya Soal Rasa, Tapi Strategi Finansial dan Kolaborasi

INFO OPPORTUNITY.ID-
Dalam dunia bisnis kuliner yang kompetitif, kelezatan rasa bukan satu-satunya kunci sukses. Di balik restoran atau gerai yang berkembang pesat, terdapat strategi finansial yang matang dan pola kerja sama yang direncanakan dengan cermat. Banyak pelaku usaha tergoda untuk ekspansi cepat, padahal belum menyiapkan sistem operasional, pendanaan yang cukup, dan landasan hukum yang kuat.
Menurut Danis Puntoadi, praktisi bisnis kuliner sekaligus Chief Curriculum Officer di Foodizz Academy, setiap langkah ekspansi harus berdasar pada data dan perhitungan realistis. Jika tidak, ekspansi bisa menjadi jebakan yang menguras keuntungan bahkan merusak reputasi bisnis.
“Kalau bisnis punya dua cabang dengan omzet total Rp50 juta per bulan, maka pendapatan tahunannya Rp600 juta. Kalau ingin mencapai omzet Rp6 miliar, maka target pertumbuhannya 10 kali lipat, yang berarti jumlah cabang juga perlu naik menjadi 20,” jelasnya dalam kanal YouTube Foodizz Channel.
Agar tidak terjebak dalam ekspansi yang sembrono, berikut strategi penting yang perlu dipahami pelaku bisnis kuliner:
1. Kenali Sumber Pendanaan dan Ukur Kapasitas Bisnis
Langkah awal yang krusial adalah mengetahui dari mana dana ekspansi akan datang. Danis menjelaskan bahwa ada dua sumber utama pendanaan: internal dan eksternal.
-
Pendanaan internal berasal dari arus kas (cashflow) atau penahanan laba (profit retention). Ini metode paling aman karena tidak melibatkan utang atau berbagi kendali, namun menuntut kesabaran karena pertumbuhan cenderung lebih lambat.
-
Pendanaan eksternal bisa berupa pinjaman, sistem kemitraan, atau investasi outlet. Meski bisa mempercepat ekspansi, pendekatan ini punya risiko lebih tinggi.
“Jangan sampai uang pinjaman dipakai untuk kebutuhan pribadi. Itu bahaya besar dalam bisnis,” tegas Danis.
2. Pilih Model Kolaborasi yang Tepat: Franchise, Kemitraan, atau Store Investment
Tidak semua usaha cocok menggunakan model franchise. Alternatif lainnya adalah kemitraan atau skema store investment, yang kini semakin populer.
-
Kemitraan memungkinkan ekspansi tanpa modal sendiri, namun membutuhkan sistem operasional yang sudah solid. Jika tidak, kegagalan mitra bisa merusak reputasi brand.
-
Store investment menawarkan pendekatan yang lebih terkontrol. Investor mendanai satu outlet, sementara pengelolaan tetap di tangan pemilik. Model ini cocok bagi pebisnis yang ingin tumbuh tanpa kehilangan kendali atas operasional.
“Store investment cukup menarik karena risiko investor terbatas dan tidak ikut campur dalam manajemen pusat,” jelas Danis.
3. Legalitas dan Transparansi: Wajib Hukumnya
Menurut Agustinus Susilo, wealth management advisor sekaligus edukator di Foodizz Academy, aspek hukum adalah fondasi penting dalam kolaborasi bisnis.
“Kalau tidak dibakukan secara legal, saat bisnis mulai menghasilkan, bisa muncul tuntutan melebihi komitmen awal,” jelasnya.
Legalitas yang dimaksud termasuk akta notaris, NIB, KBLI, hingga perjanjian kerja sama yang sah. Selain itu, laporan keuangan yang rapi dan terbuka membangun kepercayaan antar mitra.
“Kuncinya adalah pembagian peran yang jelas, legalitas sah, dan akuntabilitas transparan. Dengan kerja sama, kita bisa menjangkau pasar lebih luas daripada sekadar one-man show,” tambah Agus.
4. Tetapkan Skema Bagi Hasil dan Durasi Kerja Sama Sejak Awal
Seringkali, pelaku usaha lupa menyepakati teknis pembagian hasil sejak awal. Hal ini bisa menjadi sumber konflik di kemudian hari.
Dalam skema store investment, bagi hasil bisa berbasis:
-
Revenue sharing: investor mendapat bagian dari total penjualan. Lebih sederhana, namun bisa memberatkan pemilik usaha jika belum mencapai BEP.
-
Profit sharing: investor mendapat bagian dari keuntungan bersih. Lebih adil dalam jangka panjang, namun butuh laporan keuangan yang sangat transparan.
Selain skema bagi hasil, durasi kerja sama juga harus ditetapkan jelas agar ekspektasi investor terhadap pengembalian modal dan proyeksi keuntungan menjadi realistis.
Kesimpulan: Jangan Sekadar Ikut Tren, Siapkan Fondasi Bisnisnya
Ekspansi dalam bisnis kuliner bukan perkara mudah. Tanpa perencanaan finansial yang matang, sistem operasional yang terstandarisasi, dan kerja sama berbasis legalitas, langkah ekspansi justru bisa menjadi bumerang.
“Semua metode bisa berhasil, asalkan kita paham cara mainnya. Jangan asal ikut tren tapi sistem internal belum siap. Bisa-bisa bukan untung, malah merugikan semua pihak,” tegas Danis.
Dengan pendekatan yang cermat, ekspansi bisnis kuliner bisa menjadi langkah strategis menuju pertumbuhan berkelanjutan, bukan sekadar perluasan tanpa arah.