Katering B2B Tunjukkan Ketahanan Bisnis, Potensi Pasar Capai Rp1.000 Triliun

INFO OPPORTUNITY.ID– Di tengah tekanan ekonomi yang membuat masyarakat semakin selektif dalam membelanjakan uang, sektor kuliner di Indonesia tetap menunjukkan daya tahannya. Menariknya, segmen katering business-to-business (B2B) justru tumbuh menjadi salah satu model bisnis yang kian menjanjikan, menawarkan stabilitas sekaligus potensi ekspansi yang luas.
Berbeda dengan layanan katering biasa yang menyasar individu atau rumah tangga, model B2B melayani kebutuhan makan dalam skala besar. Layanannya mencakup berbagai sektor, mulai dari perkantoran, industri manufaktur, pertambangan, hingga kegiatan ibadah haji. Hal ini menjadikan peran katering B2B sangat strategis dalam mendukung kelancaran operasional berbagai institusi.
Menurut Anthony Gunawan, Founder & CEO Wadah Kuliner (Waku), potensi bisnis katering B2B sangat besar. "Hanya dari wilayah Jakarta dan Jawa Barat saja, nilai pasar katering B2B bisa mencapai Rp1.000 triliun," ungkapnya. Ia menjelaskan, permintaan tinggi terutama berasal dari kebutuhan makan rutin karyawan pabrik, tambang, serta kantor-kantor besar yang mengandalkan penyedia makanan terpercaya untuk efisiensi operasional.
Salah satu daya tarik dari bisnis ini adalah sifat kontraknya yang cenderung jangka panjang. “Banyak klien kami yang memesan layanan secara mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Ini memberi kestabilan arus kas bagi pelaku usaha,” lanjut Anthony. Dengan model seperti ini, pelaku usaha bisa lebih fokus meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi tanpa terus-menerus mencari pelanggan baru.
Tak hanya itu, skala produksi yang besar menjadi keunggulan tersendiri. Anthony menyebut, saat ini Waku mampu memproduksi sekitar tiga juta porsi makanan per bulan. Dari jumlah itu, satu juta porsi di antaranya ditujukan khusus untuk proyek haji. Skala besar ini memungkinkan efisiensi biaya dan pembenahan sistem produksi melalui teknologi serta standar keamanan pangan yang tinggi.
Dalam perkembangannya, bisnis katering B2B juga bertransformasi menjadi solusi terintegrasi. Jika sebelumnya perusahaan harus mengandalkan berbagai vendor untuk makanan, minuman, dan pelayanan prasmanan, kini semua kebutuhan tersebut bisa dipenuhi oleh satu penyedia dalam satu sistem yang terkoordinasi. Ini tidak hanya lebih efisien, tetapi juga meminimalkan potensi risiko operasional.
Untuk memperluas cakupan layanan secara cepat dan efisien, Waku memilih menggandeng dapur-dapur mitra yang tersebar di 22 kota dengan total lebih dari 60 mitra. Strategi ini dipilih ketimbang membangun dapur sendiri di tiap daerah. Mitra yang diajak bekerja sama juga harus memenuhi standar tinggi, seperti kepemilikan sertifikasi halal, ISO, dan BPOM.
Model kolaboratif ini juga menjadi kunci dalam ekspansi ke pasar internasional. Waku kini tengah menjajaki pasar Timur Tengah dengan menggandeng mitra lokal di sektor dapur dan logistik, membuka peluang lebih luas bagi pertumbuhan perusahaan.
Potensi Waku sebagai pemain besar di segmen katering B2B semakin kokoh setelah mendapatkan suntikan kekuatan melalui akuisisi oleh DailyCo. Langkah ini dinilai strategis untuk memperluas jaringan dan memperkuat struktur operasional, sehingga Waku bisa lebih agresif menggarap pasar dalam dan luar negeri.